Dibalik Kardus Bertuliskan ‘Peduli Mualaf untuk Berobat’, Ayah Ini Mengemis Demi Membeli Obat Asma

Dibalik Kardus Bertuliskan ‘Peduli Mualaf untuk Berobat’, Ayah Ini Mengemis Demi Membeli Obat Asma

Baca Juga


Tas slempang hitam yang sudah lapuk berisikan cerita hidup dari pria yang satu ini.

Surat serta sejumlah bungkus obat yang tak lagi terisi, menjadi alasan pria paruh baya ini datang ke Kota Hujan.

Dia duduk di pendestrian Jalan Kapten Muslihat, Bogor Tengah, Kota Bogor, tepatnya di seberang Stasiun Bogor.

Achmad Handoyo, duduk bersampuh beralaskan kardus bekas air mineral.

Celana jins yang tak lagi bersih, serta kemeja lengan panjang yang lepek karena keringat memadu padankan sandal jepit hijau yang dipakainya siang itu.

Achmad bukan warga Bogor, dia mengaku menghuni sebuah kontrakan di wilayah Depok.

Sudah dua hari, Achmad duduk di tempat tersebut.

Tak sekedar duduk, Achmad juga menaruh satu kotak bekas kemasan air mineral di sampingnya.

“Peduli Mualaf untuk Berobat.”

Itu tulisan yang ada di kardus tersebut.

Ada cerita haru di balik tulisan itu.

Enam bulan lalu, pria berusia 51 tahun itu baru saja mengambil keputusan penting dalam hidupnya.

Achmad memutuskan untuk menjadi mualaf.

“yang mualaf baru saya saja, istri sama orang tua belum,” kata Achamd kepada TribunnewsBogor.com, Selasa (24/1/2017).

Dengan sang istri yang beragam Kristen Protestan, Achmad masih sejalan dan akur.

Mereka hidup di sebuah kotrakan bersama sang anak yang juga berbeda keyakinan dengannya.

Namun, keputusannya itu mendapat penolakan dari sang ayah.

“Dulu saya kerja sama mertua, sejak masuk islam saya tidak lagi kerja sama dia,” paparnya.

Sebelum ke Bogor, Achmad bekerja sebagai penjaga toko alat tulis di bilangan Jakarta.

Segala kebutuhannya masih dapat terpenuhi.

Selain makan untuk anak dan istri, Achmad juga masih bisa membeli obat untuk sakit yang dideritanya.

“Sudah pernah periksa ke klinik, dokter bilang saya mengidap asma, sering sekali kambuh sesak napas,” jelasnya.

Dalam kondisi terdesak seperti ini, lanjut Achmad, dirinya kembali memutar otak.

Maka itu dia beranjak ke kota Bogor dengan bermodalkan uang Rp 4 ribu untuk ongkos.

Kota Bogor dipilih bukan tanpa alasan, dia merasa bila mengais rejeki di Kota Hujan maka tak akan ada yang mengenalinya.

“Kalau saya minta-minta di Depom tidak enak, malu, takut ada yang kenal,” tukasnya.

Sumber: tribunnews.com

Related Posts

Dibalik Kardus Bertuliskan ‘Peduli Mualaf untuk Berobat’, Ayah Ini Mengemis Demi Membeli Obat Asma
4/ 5
Oleh